Sabtu, 19 November 2011

Ternyata Cuma Kamu Cintaku


    
Namaku adalah Aprilina, saat ini aku sudah menjadi seorang mahasiswa baru di salah Universitas yang ternama di Surabaya, sungguh bahagia rasanya bisa masuk Universitas yang aku impikan, apalagi bisa kuliah dengan beasiswa prestasi yang berhasil aku raih dengan susah payah. Pada awal aku masuk di kampus ini, jujur aku merasa begitu minder dengan teman-temanku yang sepertinya mereka lebih pandai dari aku dan tentunya juga karena mereka dari kalangan elite. Tapi rasa minder itu tak berlangsung lama, Setelah beberapa hari akhirnya aku mulai terbiasa dan bisa menyesuaikan diri sehingga darisitulah aku bisa berteman akrab dengan Alan, Angga, Cici, Edo, Rina dan Shandy.

Siang ini Alan mengajakku belajar bersama di rumahnya, sebelum menuju rumahnya, Alan mengajakku buat makan siang dulu di kantin kampus. Sambil menunggu Alan yang sibuk memesan makan siang buat kita, aku putuskan ke kamar mandi sebentar untuk sekedar cuci tangan dan merapikan bajuku. Saat aku hendak kembali menuju kantin, tanpa sengaja mata yang selalu melihat ke segala arah ini tertuju pada seorang cowok cakep, berpostur tinggi, berkulit putih dan berkacamata. Ku amati dengan seksama cowok tersebut, ku lihat pesonanya sangat menggodaku dan kharisma dari cowok tersebut sangat terpancar. Saat aku mulai ketahuan mengamati cowok tersebut, aku pun berusaha memalingkan muka dan buru-buru menuju kantin dengan langkah panjangku.

“Darimana aja kamu Pril?”tanya Alan mengejutkanku begitu melihat batang hidungku nampak dihadapannya.

“Cuma dari kamar mandi aja kok Lan, memangnya kenapa?” jawabku dan balik bertanya padanya.

“Oh, dari kamar mandi, aku kira di culik penunggu kantin” lanjutnya menggodaku

“Apa? diculik penunggu kantin, dikira aku anak bawang apa? Aku kan udah besar Lan”kataku menggerutu sambil menunjukkan wajah cemberutku di hadapan matanya.

“Katanya udah besar, kok masih suka ngambek seperti anak kecil sih, udah ya Pril kan aku cuma bercanda, jangan marah apalagi cemberut gitu”celoteh Alan yang kemudian ku balas dengan tertawa puas yang menandakan aku hanya sekedar bercanda.

“Ih…sial, aku dikerjain rupanya, awas ya kamu Pril” katanya sambil tertawa, pertanda dia tidak benar-benar marah padaku.

“Ya udah kita makan yuk Lan, keburu dingin ntar” kataku sambil mulai menyantap makanan di hadapanku dengan lahap.
Selama aku menikmati makananku, aku merasa ada yang sedang memperhatikanku, tapi siapa ya? aku pun menengok ke sosok yang rasanya dari tadi tak berhenti memperhatikanku. Begitu ku lihat sosok tersebut, aku sangat terkejut melihatnya.

“Astaga…itu kan cowok yang tadi ku perhatikan” batinku.
Aku yang merasa tak nyaman dengan kehadirannya pun segera mengajak Alan untuk beranjak dari sini.

“ Lan cabut yuk” ajakku

“Kenapa buru-buru? makanan kamu aja belum habis , habiskan dulu biar kamu nggak sakit” kata Alan menanggapi ajakanku.

“Sudah kenyang Lan, lagian takut kemalaman juga pulangnya” ujarku padanya, dan tanpa menunggu jawaban dari Alan segera saja ku tarik tangannya.

Sebenarnya hati ini tak ingin beranjak meninggalkan cowok tersebut, tapi sikap ini mulai tak bisa dikendalikan. Aku rasakan diri ini jadi salah tingkah saat tahu cowok tersebut memperhatikanku. Entah kenapa, aku merasa hatiku bergetar saat memandangnya, padahal selama ini aku tidak pernah bisa merasakan cinta lain kecuali cintaku pada Kiky sahabatku dimasa kecil dulu. Apalagi jika ku perhatikan secara seksama, cowok ini parasnya tak begitu asing buatku, hati ini serasa mengenalnya sementara fikiran ini tak bisa mengingat siapakah 
dia?.

Saat lagi asyik cari-cari buku manajemen dengan Cici dan Rina, tanpa sengaja mata ini kembali menemukan paras cakep cowok misterius kemarin. Mata ini tak bisa berhenti untuk menatapnya, hati ini berbunga-bunga saat memandangnya, mungkin ini yang namanya jatuh cinta lagi, setelah sekian lama hati ini setia menanti kedatangan Kiky kembali.

“Maaf ya Ki kalo aku tidak bisa menjaga perasaanku ini buat kamu, entah kenapa aku bisa suka sama cowok ini seperti aku suka sama kamu, hati ini sekarang sedang dilanda cinta dua hati Ki, tapi aku janji Ki, kalo aku nggak akan jadian sama siapa pun sebelum aku benar-benar tahu bagaimana perasaan kamu ke aku” celotehku dalam hati.

Begitu aku tersadar dari lamunanku, aku dikejutkan dengan sosok cowok misterius yang sudah berada dihadapanku. Aku yang mulai gerogi pun berusaha mencari Cici dan Rina yang ternyata ku temukan mereka berdua sedang asyik membaca-baca buku. Aku pun jadi salah tingkah dan gerogi dengan posisi ini.

“Astagfirllah” kataku terkejut.

“Kok kaget? emangnya aku hantu apa?” tanyanya padaku.

“Bu…bu…bukan gitu,tapi sejak kapan kamu berdiri disini?” kataku dengan sedikit gugup.

“Sejak tadi, sejak aku lihat ada cewek manis sibuk memperhatikanku” jawabnya dengan santai.

“Ih…ge-er deh kamu, siapa juga yang sibuk perhatikan kamu? lagian kalo daritadi aku sibuk merhatiin kamu, kenapa aku mesti kaget waktu kamu ada dihadapanku” omelku yang berusaha menutupi kalo aku tadi memang memperhatikannya.

“Gitu ya, maaf deh kalo aku ge-er, oh iya aku boleh tahu nama kamu?”katanya sok manis.

“Iya, namaku April, kalo kamu?”kataku sok judes sambil menjabat tanggannya.

“Aku Andrean Vicky Putra Sadewa” kata cowok tersebut sambil membalas jabatanku. Cukup lama kami berjabat tangan, dan hati ini semakin berdesir saat melihat senyum merekah di wajahnya. Tapi aku harus jaim, jangan sampai ketahuan kalo aku mengagumi dirinya. Apalagi kalo dia sampai tahu, aku udah merasakan getaran cinta yang sama seperti yang aku rasakan saat bersama Kiky.

Saat aku lagi asyik baca novel teenlit di taman kampus, tiba-tiba Vicky kembali menghampiriku.

“Hai Pril”sapanya ramah dengan senyum cerianya.

“Hai juga”balasku sambil senyum sok manis.

“Pril, boleh nggak aku kenal kamu lebih dalam lagi, aku ingin tahu kamu lebih dekat” katanya dengan nada seriusnya.

“Maksud kamu apa ya?” tanyaku pura-pura tak paham.

“Kamu udah punya cowok belum?” katanya balik bertanya padaku.

“Haduh gimana ya, nggak…aku nggak boleh dekat sama dia, aku harus nepati janjiku kalo aku nggak bakalan pacaran sebelum aku tahu perasaan Kiky ke aku” fikirku.

 “Hallo…malah diem, nglamunin apa sih? Kata Vicky sambil memegang pundakku yang 
sontak membuyarkan lamunanku.

“Eh…eng..enggak kok, maaf ya Vick aku tinggal dulu soalnya cowokku udah nunggu di kantin, dan aku juga minta kamu jangan ganggu aku lagi ya Vick, ini demi kebaikan kita.” kataku mengalihkan pembicaraan dan segera melangkahkan kakiku menuju kantin kampus tanpa memberi kesempatan buat Vicky bicara padaku.

“Pril” panggil Alan dan Angga kompak. Aku yang melihat sosok mereka berdua pun segera menghampiri mereka dan makan bersama. Biasanya kalo udah ngumpul gini pasti akan ada traktiran, dan kali ini Angga lah yang membayar semuanya. Enak banget ya, punya sahabat yang nggak perhitungan.

Sore ini Alan, Angga, Cici, Edo, Rina dan Shandy mengerjakan tugas bersama di rumahku. Tugas ini begitu rumit dan sulit untuk dikerjakan sendiri, maka dari itu kita kerjakan bersama-sama agar lebih mudah. Benar saja, setelah tiga jam lamanya kita saling bertukar fikiran hingga berdebat, akhirnya tugas tersebut selesai kita kerjakan bersama. Saat sedang asyik bercerita dan bercanda, bunda datang memanggilku karena ada telepon dari tante Rantih, tante Rantih adalah mama dari Kiky sahabat kecilku.

“ Selamat malam tante” sapaku ramah.

“Malam Pril” balasnya

“Ada apa ney tante, tumben telepon April? Jangan-jangan tante sudah di Surabaya ya?”

“Iya Pril, sudah hampir sebulan tante dan Kiky kembali ke Surabaya”

“Wah kalo begitu besok April main ke rumah tante ya? sekarang rumah baru tante dimana?” 
kataku kegirangan.

“Tante sekarang di rumah sakit Pril, tante menghubungi kamu karena tante mau kasih kabar kalo Kiky koma” kata tante Rantih yang membuatku shock mendengarnya, tubuh ini serasa lemah tak berdaya, dan hati ini seperti terguncang dashyatnya gelombang tsunami, sungguh kabar gembira yang menyayat hati. Entahlah, hatiku yang rasanya seperti ditumbuhi bunga-bunga yang mekar saat ini menjadi lebur di terjang dashyatnya tsunami jiwa.

“ Tante jangan bercanda deh.”

“ Tante serius Pril, sudah seminggu ini tante menemani Kiky yang terbaring lemah di rumah sakit.”

“ Tante sekarang di rumah sakit mana? biar April kesana.”

“di rumah sakit H.U di ruang V.I.P” jawabnya singkat.

“okay tante, tunggu aku ya” kataku dan segera mematikan telepon rumahku, aku pun segera bersiap merapikan diri dan tak lama kemudian aku sudah siap berangkat.

“ Bun…aku mau ke rumah sakit untuk menjenguk Kiky di rumah sakit” pamitku pada bunda sambil ku cium tangannya dan sun pipi kanan dan pipi kirinya.

“ Kiky disini ya? ya sudah, kamu hati-hati ya sayang, nanti bunda nyusul kamu sama ayah.

“Iya bun, oke deh bun.”

Tanpa berlama-lama aku pun segera menemui para sahabatku untuk berpamitan tanpa ada maksud mengusir, ternyata mereka memahaminya. Sebenarnya mereka ingin turut serta bersamaku tapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan sehingga hanya aku, Alan dan Angga yang berangkat ke rumah sakit.

Setibanya disana, aku segera berlarian di koridor rumah sakit mencari ruang V.I.P, dan akhirnya aku berhasil menemukan sosok tante Rantih. Langkah kakiku pun semakin ku percepat dan segera saja ku peluk tante Rantih begitu aku tiba di hadapannya. Tante Rantih bercerita banyak hal padaku sebelum aku masuk ke ruangan Kiky. Ternyata sudah sejak kelulusan SMA, tante Rantih dan Kiky kembali ke Surabaya, sementara om Firman masih sibuk mengurus bisnisnya yang semakin berkembang di Singapore, tante Rantih tak memberitahu om Firman jika Kiky sekarang sedang koma, tante Rantih ingin om Firman tetap fokus dengan bisnisnya.

Setelah bercerita panjang lebar, mengenai Kiky dan penyebab Kiky koma. Aku pun meminta izin untuk masuk ke ruangan Kiky, sementara ku biarkan Alan tetap di luar menemani tante Rantih. Begitu aku masuk ke dalam ruangan, segera ku temui sosok yang lemah tak berdaya dan mulai ku genggam tangannya dan air mata ini mulai mengalir dengan derasnya, saat aku mulai menatap wajahnya, yang ada aku malah terkejut melihatnya. Karena Vicky adalah Kiky sahabat kecilku. Bodohnya aku tak bisa mengenalinya, karena ku fikir nama Vicky bukan cuma dia. Well, Angga yang melihatku terisak pun mulai memelukku dan menenangkan diriku. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan kulihat Alan dan tante Rantih berdiri di hadapan kita, aku terkejut begitu mendengar Alan marah-marah pada kita.

“ Oh…jadi gini kelakuan kalian,bermesra-mesraan di ruangan orang yang sedang sakit” 
celetuk Alan dengan penuh amarah yang membara.

“Lan, ini nggak seperti yang kamu fikirkan, aku hanya menenangkan April” bela Angga.

“Lalu apa? Bilang aja kamu cari kesempatan kan?”

“ Stop! kenapa kalian malah berantem disini? Ayo semuanya keluar!” kataku dengan nada meninggi lantaran emosi dengan mereka, apalagi aku merasa tidak enak dengan tante Rantih.

Sewaktu kami bertiga keluar, ternyata bunda dan ayahku sudah datang dan segera ku suruh masuk menemui tante Rantih. Sementara aku , Angga, dan Alan sibuk bercengkrama sehingga dapat disimpulkan ada rasa cemburu dari pihak Alan. Dan ternyata aku baru tahu kalo Angga dan Alan sama-sama jatuh hati padaku. Tapi mau gimana lagi tenyata cuma Kiky yang aku sayangi bahkan aku kira Vicky bisa membenamkan rasa sayangku pada Kiky pun juga salah. Ternyata mereka itu satu orang yang sama. Mungkin ini yang namanya First Love yang kata orang susah banget buat dilupakan. Pantas saja selama seminggu ini aku tak menjumpai batang hidung Vicky di kampus dan pantas saja beberapa hari ini firasatku nggak enak, selalu teringat Vicky dan Kiky kecil, selalu bermimpi buruk tentang mereka berdua. Menurut cerita tante Rantih yang aku tangkap tadi, “Selama ini Vicky berfikir aku ini sudah punya pacar dan dia kira Alan adalah cowokku, mungkin dari pertemuan pertama dan saat ku suruh dia berhenti mendekatiku dia selalu memperhatikanku dengan Alan. Itulah yang mungkin menjadi penyebab Kiky melamun di jalan dan terjadilah kecelakaan yang menyebabkannya koma hingga saat ini.”

Selama Kiky masih dirawat aku selalu mengunjunginya bersama sahabat-sahabatku. Tapi untuk hari ini Cici, Shandy, Rina dan Edo sedang sibuk dengan tugas tambahan mereka. Jadi hari ini aku hanya berdua dengan Alan, sebenarnya Angga mau ikut sih tapi tiba-tiba mamanya minta dianterin belanja bulanan. Ternyata Kiky hari ini sudah sadar dari tidur panjangnya, aku yang senang melihatnya pun segera memeluknya tanpa permisi.

“ Lepasin Pril, aku nggak enak sama cowok kamu” bisiknya padaku.

“ Dia sahabatku Ki ” balasku berbisik sambil melepas pelukanku. Tanpa berlama-lama, aku pun segera memperkenalkan mereka berdua. Dan ku lihat mereka sangat mudah akrab.

Sebulan sudah Kiky di rawat d rumah sakit, akhirnya dokter sudah mengizinkannya pulang. Dan ku manfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan sahabat-sahabatku padanya. Kupernalkan satu per satu sahabat-sahabatku padanya, kalo tante Rantih sih pastinya udah kenal sama kita semua, kan waktu itu kita bertujuh sering menjenguk Kiky. Kita pun becengkrama dan bercanda bersama.

“ Yang jomblo cuma April ya? Tanya Kiky menggodaku.

“ nggak juga masih ada Angga dan Alan” jawabku membela diri.

“ Oh,ya? tapi mana ada sih yang mau sama peri mungilku yang cengeng kayak kamu”

“ Eits, jangan salah ya, itu kan dulu, kalo sekarang ya beda dong, pasti banyak yang mau, cuma belum ada yang bisa mengguncang hatiku aja.”

“ Wah pe-de banget ya kamu jadi orang, buktinya Angga dan Alan aja nggak mau sama kamu”

“Siapa bilang? Tanya aja ma mereka” kataku mulai emosi.

Angga dan Alan pun saling menumpahkan isi hatinya jika mereka sebenarnya sudah lama jatuh hati padaku, memang perasaan cinta tak bisa di paksakan begitu pula dengan perasaanku pada Kiky yang benar-benar dashyat getarannya di dalam jiwaku ini. Tapi aku tak akan menyatakannya jika Kiky tak memulai duluan. Dan benar saja Kiky memberikan pilihan padaku untuk memilih Angga, Alan atau dirinya? Dan tentu saja aku memilihnya karena perasaan ini sudah mengendap sejak lama.

Sejak saat itu aku dan Kiky akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih, dan untuk persahabatan kita masih kompak seperti dulu justru saat ini persahabatan kita semakin erat, apalagi ku lihat saat ini Alan sudah memiliki kekasih yang bernama Lisa dan Angga sih masih tetap jomblo, konon katanya masih belum ada yang cocok.

Well, inilah akhir dari sebuah penantian panjangku yang membuahkan hasil. Benar-benar dialah cinta yang aku harapkan dan memang dialah cinta sejatiku.


Salam Pena,

Yetik Afriana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar