Kembang Latar

KEMBANG LATAR[1]

“Mana wanita yang udah gue booking?” tanyaku pada Benny.

“Tuh” tunjuk Beny pada seorang wanita yang sangat terlihat molek dan menggoda diujung jalan sana.

Aku segera menghampirinya, wanita molek menggiurkan yang akan memuaskanku malam ini.

“Bu Esti” kataku yang terkejut melihatnya.

“Raymon” katanya tak kalah terkejutnya denganku.

“Jadi, Ibu…” segera saja ku potong ucapanku dan ku telan ludahku berkali-kali.

Ibu Esti diam dan membisu, lalu berlalu meninggalkanku.

“Bu esti, Tunggu!” ujarku sambil kutarik tangannya.

Bu Esti berusaha menangkisnya, tapi aku justru semakin mengenggam pergelangan tangannya dengan erat.

“Lepaskan aku!” pintanya.

“Tidak.”

“Lepaskan aku atau kamu akan menyesal karena aku tak akan memberikan nilai pada mata pelajaran bahasa inggrismu!” ancamnya padaku. Aku pun segera melepaskannya, membiarkannya pergi dan menghilang bersama gelapnya malam. Aku sendiri masih terdiam dan terpaku memandangi sosoknya yang sudah lenyap dari hadapanku. Rasanya aku masih tak percaya dengan semua yang aku lihat. Benar-benar tak pernah aku duga, seorang guru yang harusnya digugu lan ditiru justru seperti itu tingkah lakunya.

“Apa aku hanya mimpi? mana mungkin seorang yang terkenal baik dan berbudi pekerti bisa melakukan semua ini? sulit untuk dimengerti, aku harus mencari tahu penyebabnya.”

***

Setelah aku selidiki, aku baru mengetahui bila Bu Esti adalah seorang guru honorer yang gajinya tak seberapa. Untuk mencukupi kebutuhan dan pengobatan putranya dengan terpaksa dia pun rela menjual tubuhnya atas permintaan suaminya. Sungguh realita hidup yang sangat mencengangkan. Tak pernah terfikir sedikit pun dalam nalar seorang bedebah sepertiku. Lelaki hina pemuja nafsu dunia.

---

[1] Kata lain dari seorang pelacur adalah bunga latar/ kembang latar, ayam kampung, tuna susila, kupu-kupu malam, pramunikmat, pramuria,dsb

Nb: Ilustration Picture from Google

Salam Pena,

Yetik Afriana